Makalah Filsafat, Agama, Etika dan Hukum
HALAMAN JUDUL
BAB II
FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM

Dosen Pengampu : Abrar Oemar,S.E.
Mata Kuliah : Etika
Profesi
Kelompok : Trimo
Langgeng Utomo (EA.14.1.0697)
Meilinda Aryani (EA.14.1.0708)
Nunung Manis Setiyani (EA.14.1.0734)
Anjar Rudiyanto (EA.14.1.0729)
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI STRATA SATU AKUNTANSI
UNIVERSITAS PANDANARAN SEMARANG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Filsafat, Agama, Etika, Dan Hukum”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi. Dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak
Abrar Oemar, S.E. Selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
2.
Keluarga
dan teman–teman yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian
makalah ini.
3.
Semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu , yang telah membantu dalam
penyelesaiaan
makalah ini.
Kami menyadari masih banyak
kesalahan dalam pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami mengundang pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan ini.
Terima kasihdan semoga
makalah ini bisa memberikan banyak manfaat positif bagi kita semua.
Semarang,
23 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
BAB I . PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Istilah filsafat sudah cukup dikenal
sejak zaman dahulu. Meski begitu, untuk mulai mendefinisikannya ternyata bukan
perkara mudah, bilah dilihat dari arti katanya,
filsafat berasal dari dua kata yunani philo dan shopia. Philo
berarti cinta, sedangkan shopia berarti bijaksana. Dengan demikian philoshopia
berarti cinta terhadap kebijaksanaan, namun untuk membuka pemahaman lebih
lanjut tentang filsafat, ada baiknya dimulai dengan mengutik pertanyaan Suryasumantri
yang membedakan antara pengetahuan (ilmu) dengan filsafat. Pengetahuan dimulai
dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu, dan filsafat di
mulai dari keduanya. Selanjutnya, Suryasumantri
mengutik pertanyaan Will
Duranp
yang mengumpamakan filsafat sebagai pasukan marinir yang merebut pantai
untuk pendaratan pasukan infanteri (mewakili ilmu pengetahuan). Filsafatlah
yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah pantai dapat
direbut oleh pasukan marinir (filsafat) sedangkan maka pasukan marinir akan pergi
dan selanjutnya tugas pasukan infanteri (ilmu pengetahuan untuk menyempurnakan
tempat yang telah direbut tersebut. Untuk dapat lebih memperjelas perbedaan
filsafat dengan ilmu pengetahuan, atau untuk membedakan suatu cabang ilmu
dengan cabang ilmu lainnya, dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu (a) objek yang
dikaji (ontologis), (b) prosedur / metode untuk mengkajinya (epistemologis),
(c) tujuan penggunaan filsafat / ilmu itu sendiri (oksiologis).
I.2 Rumusan Masalah
1. apa hubungan antara agama , etika, dan
nilai ?
2. apa persamaan dan perbedaan antara hukum,
etika, dan etiket ?
BAB II. PEMBAHASAN
II.1 Hakikat Filsafat
Filsafat bersal dari dua kata yunani phlio
dan sophia, yang mana phlio berarti berarti cinta dan sophia
berarti bijaksana. Dengan demikian philosophia berarti cinta kepada
kebijaksanaan.(Puad
Farid
Ismail
dan Abdul
Hamid
Mutawalli
2003).
Karaktereristik utama berpikir filsafat
adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif. Sifatnya yang menyeluruh artinya
mempertanyakan hakikat keberadaan dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri
sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan dari perspektif bidang perbidang, atau
sepotong-sepotong. Sifatnya yang mendasar bearti bahwa filsafat tidak begitu
saja percaya bahwa ilmu adalah benar .
Sifat
yang spekulatif karena
filsafat selalu ingin mencari jawab bukan saja pada suatu hal yang sudah diketahui
tetapi juga pada suatu hal yang belum diketahui.
Objek filsafat bersifat universal
dan mencakup segala sesuatu yang dialami manusia. Selanjutnya Abdul Kadir Muhamad menjelaskan filsafat dengan
melihat unsur-unsur sebagai berikut :
a.
Kegiatan intelektual (pemikiran)
b.
Mencari makna yang hakiki (interpretasi)
c.
Segala fakta dengan gejala.(objek)
d.
Dengan cara refleksi, metodis dan
sistematis.
e.
Untuk kebahagian manusia (tujuan)
No
|
Aspek
|
Filsafat
|
Ilmu
|
1
|
Ontologis
|
Segala
sesuatu yang bersifat fisik dan nonfisik, baik yang dapat di rekam melalui
indra maupun yang tidak
|
Segala
sesuatu yang bersifat fisik dan yang dapat di rekam melalui indra.
|
2
|
Epistemologis
|
Pendekatanyang
bersifat reflektif atau rasional-dedukatif
|
Pendekatan
ilmiah, menggunakan pendekatan dedukatif dan indukatif secara saling
melengkapi.
|
3.
|
Aksiologis
|
Sangat
abstrak bermanfaat tetapi tidaksecara langsung bagi umat manusia.
|
Sangat
konkret, langsung dapat dimanfaaatkan bagi kepentingan umat manusia.
|
Hakikat Agama
Untuk memperolah pemahaman tentang agama, dibawah ini
dikutip beberapa pengertian dan definisi tentang agama.
Agus M.
harjana (2005) mengutip pengertian agama dari Ensiklopedi Indonesia karangan
Hasan Shandily.agama berasal dari bahasa sangsakerta : a berarti tidak , gam
berarti pergi, dan a besifat atau
keadaan. Jadi istialah agama berarti :
bersifat tidak pergi, tetap lestari, kekal dan tidak berubah. Dengan demikian
agama adalah pegangan atau pedoman bagi manusia utuntuk mencapai hidup kekal.
Faud farid ismail dan Abdul Hamid Mutawalli
(2003) menjelaskan bahwa agama adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal dengan pilihan mereka sendiri
terhadap ketetapan Ilahi itu tersebut kepada kebaikan hidup didunia dan
kabahagian hidup di akhirat.
Abdul Kadir
Muhammad (2006) memberikan dua rumusan agama, yaitu : (a) menyangkut hubungan
antara manusia dengan suatu kesukaan luar yang lain dan lebih dari pada yang dialami oleh manusia, dan (b)
apa yang disyariatakan Allah dengan perantara para nabi-Nya, berupa perintah
dan laranga-Nya serta petunjuk untuk kebaikan di dunia dan di akhirat.
Dari
beberapa definisi diatas, dapat dirinci rumusan agama berdasar
unsur-unsur penting sebagai berikut :
1.
Hubungan
manusia degan suatu yang tak terbatas, yang transcendental, yang Ilahi (Tuhan
Yang Maha Esa ).
2.
Berisi
pedoman dan tingka laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nilai-nilai dan
norma-norma yang diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui Nabi-nabi.
3.
Untuk
kebahagian hdup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.
Sebenarnya dalam pengertian agama tercakup
unsure-unsur utama sebagai berikut :
1.
Ada kitab suci.
2.
Kitab
suci ditulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan.
3.
Ada
suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dengan menafsirkan kitap
suci bagi kepentingan umatnya.
4.
Setiap
agama berisi tentang ajaran dan pedoman penting :
a.
Tatwa,
dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan.
b.
Susila,
upacara, atau tata etika.
c.
Ritual,upacara, atau tata cara beribadat.
d.
Tujuan
agama.
II.3 Hakekat Etika
Etika
barasal dari kata yunani yaitu berasal dari kata ethos (bentuk tunggal) yang
berarti tempat tinggal, padang, rumput, kadang, kebiasaan, adat, watak,
perasaan, sikap, cara berpikir, bentuk
jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini kata etika
sama dengan moral. Moral berasal dari
kata latin: mos ( bentuk tunggal
), atau mores ( bentuk jamak )
yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhalk, cara
hidup, (Kanter, 2001).
Untuk
memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika , dibawah ini dikutip beberapa
pengertian etika:
1.
Ada
dua pengertian etika; sebagai praksis
dan sebagai refleksi. Sebagai praksis etika berarti nilai-nilai dan norma-norma
moral baik yang diperaktikan atau justru tidak diperaktekan, walaupun
seharusnya diperaktikan. Tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebagainya.
Etika sebagai refleksi adalah pemikiran
moral (Bartnes, 2001 ).
2.
Etika
secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang dilakukan, atau
tentang adat istiadat yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang buruk (
kanter,2001 ).
3.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
terbitan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam
pengertian sebagai berikut :
a.
Ilmu
tentang apa yang baik dan yang buruk,
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
b.
Kupulan
asas atau nilai yang berkenan dengan akhlak;
c.
Nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dari uraian
diatas , dapat diketahui bahwa ternyata etika mempunyai banyak arti. Namun demikian, setidaknya arti
etika dapat dilihat dari dua hal berikut:
a.
Etika
sebagai peraksis; sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat.
b.
Etika
sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral. Etika sebagai
pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap
moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis.
II.4 Hakikat Nilai
Untuk
memahami pengertian nilai secara lebih mendalam, dibawah ini dikutip beberapa
definisi tentang nilai.
Doni Koesoema
A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal yang menjadikan hal
itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi
semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang
memberi makna dalam hidup, yang berikan titik tolak, isi, dan tujuan dalam
hidup.
Faud Farid Ismail
dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai standar atau ukuran
(norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu. Ada nilai materialis yang berkaitan dengan ukuran harta pada diri
kita, ada nilai kesehatan yang
mengungkapkan tentang siknifikasi kesehatan dalam pandangan kita, ada nilai ideal yang mengungkapkan kedudukan
keadilan dan kesetiaan dalam hati kita, serta ada nilai sosiologis yang menunjukan signifikasi kesuksesan dalam
kehidupan praktis, dan nilai-nilai yang lain.
Dari
penjelasan tetang nilai
tersebut, sebenarnya dapat disimpulakn tiga hal, yaitu:
a.
Nilai
selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal).
b.
Ada
bermacam-macam (gugus) nilaiselain nilai uang (ekonomis) yang sudah cukup
dikenal.
c.
Gugus-gugus
nilai membentuk semacam heararki dari
yang terendah sampai yang tertinggi.
II.5 Hubungan Agama, Etika, Dan Nilai
Semua
agama melalui kitab sucinya msing-masing
mengajarkan tentang tiga hal pokok, yaitu:
1.
Hakikat
Tuhan ( God Allah, Gusti Allah, Budha, Brahma, kekuatan tak terbatas, dan lain-lain ).
2.
Etika, tata susila dan
3.
Rritual, tata cara beribadat.
Jelas
sekali bahwa antara agama dan etika tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama
yang tidak mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan (spritualitas)
seseorang ditentukan bukan saja oleh
kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan tuhan), tetapi juga oleh kulaitas moral/etika
(kualitas hubungan manusia dangan manusia lain dalam masyarakat dan dengan alam).
Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa dilandasi oleh
nilai-nilai moral.
Akhirnya,
tingkat kenyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tingkat
kualitas peribadatan, dan tingkat kualitas/ moral seseorang akan menentukan
gugus/herarki nilai kehidupan yang telah dicapai. Tujuan agama untuk
merealisasikan nilai tertinggi, yaitu
hidup kekal diakhirat (agama hindu menyebut moksa, agama budha menyebut
nirwana). Dari sudut pandang semua agama,
pencapain nilai-nilai kehidupan
duniawi (nilai-nilai yang lebih rendah) bukan merupakan tujuan akhir, tetapi
hanya merupakan tujuan sementara atau
tujuan antara, dan hanya dianggap sebagai media atau alat (means) untuk
mendukung pencapain tujuan akhir (nilai tertinggi kehidupan).
II.6 Hukum, Etika, Dan Etiket
No
|
Hukum
|
Etika
|
Etiket
|
|
1
|
Persamaan
: sama-sama mengatur prilaku manusia
|
|||
2
|
Perbedaan
:
|
|||
A.
|
Sumber
hukum :
Negara,
pemerintahan
|
Sumber
etika:
Masyarakat
|
Sumber
etiket :
Golongan
masyarakat
|
|
B.
|
Sifat
pengaturan :
Tertulis
berupa undang-undang, peraturan pemerintah, dan sebagainya
|
Sifat
pengaturan:
Ada
yang lisan (berupa adat kebiasaan) dan yang tertulis berupa
kode etik
|
Sifat
pengaturan:
lisan
|
|
C.
|
Objek
yang di atur :
Bersifat
lahiriah (misalnya hukum warisan, hukum agraria, hukum tata negara) dan
rohaniah (misalnya hukum pidana)
|
Obek
yang di atur:
Bersifat
rohaniah, misalnya : prilaku etis ( bersikap jujur dan tidak menipu juga
bertanggung jawab) dan prilaku tidak etis (korupsi, mencuri, dan berzina)
|
Objek
yang di atur : bersifat lahiriah, misalnya tata cara berpakaian (untuk pesta,
sekolah pertemuan , dll) tata cara menerima tamu, tata cara berbicara dengan
orang tua dan sebagainya.
|
|
II.7 Paradigma Manusia Utuh
II.7.1 Karakter Dan Kepribadian
Istilah kepribadian (personality)
dan karakter banyak dijumpai dalam ilmu
psikologi. Soedarasono
(2002) misalnya mendefenisikan kepribadian
sebagai totalitas kejiwaan seseorang yang menampilkan sisi yang didapat dari
keturunan (orang tua) leluhur dan sisi yang di dapat dari pendidikan,
pengalaman hidup, serta lingkungan. Karakter adalah sisi kepribadian yang di
dapat dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa di katakan bahwa karakter adalah bagian dari
kepribadian. Oleh karena itu Lilik Agung (2007) mendefinisikan karakter sebagai
kompetensi yang harus di miliki oleh seseorang yang berkaitan dengan kinerja
terbaik agar ia mampu menghadapi tantangan
realita / kenyataan yang selalu berubah dan mampu meraih kesuksesan yang
bersifat langgeng.
Dapat
di tarik kesimpulan pengertian dari karakter sebagai berikut :
a. Karakter
adalah korapetensi yang harus di miliki oleh seseorang.
b. Karakter
menentukan keberhasialan
seseorang.
c. Karakter
dapat di ubah, dibentuk, di pelajari melalui pendidikan dan pelatihan tiada
henti serta melalui pengalaman hidup.
d. Tingkat
keberhasilan seseorang di tentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang dimilikinya
dengan di tuntun kenyataan/realita.
II.7.2 Kecerdasan, Karakter, Dan Etika
Wahyuni Nafis melalui pemahamannya
atas ajarn tradisional islam dan di inspirasi oleh beberapa pemikiran Stephan R
Covery ia menyebut tiga jenis kecerdasan dengan tiga golongan etika : yang di
jelaskan dalam tabel berikut
golongan etika
|
Karakter utama
|
1. Teo etika
Saling ketergantungan
Masalah aku dengan tuhan
|
9. Takwa (pasrah diri)
8. Ikhlas (tulus)
7. Tawakal (tahan uji)
|
2. Sosio etika
Ketergantungan
Masalah aku dengan orang lain
|
6. Silahturahmi (tali kasih)
5. Amanah (integritas)
4. Huznuzan (baik sangka)
|
3. Psiko etika
Kemandirian
Masalah aku dengan aku
|
3. Twaduk
2. Syukur
1. Sabar
|
Empat kecerdasan
covery
|
Sepuluh sifat
karakter sel chopra
|
Etika nafis
|
PQ
|
· Efisiensi
(setiap sel menerima energi untuk mempertahahnkan hidup)
|
Psiko Etika
|
IQ
|
· Kesadaran(kemampuanberadaptasi)
· Keabadian(meneruskan
penetahuan dan talenta kepada sel-sel generasi berikutnya)
|
Psiko Etika
|
EQ
|
· Penerimaan
(menerima kehadiran dan ketergantungan dengan sel-sel lain)
· Memberi
(membantu integrasi sel-sel lainya)
· Pembentukan
ikatan
|
Sosio Etika
|
SQ
|
· Maksud
yang lebih tinggi
· Kesatuan
· Kreatifitas
· Keberadaan
|
Teo Etika
|
II.7.3 Karakter Dan Paradigma Pribadi Utuh
Covery telah mengingatkan bahwa untuk
membangun manusia berkarakter, di perlukan pengembangan kompetensi secara utuh
dan seimbang terhadap empat kemampuan manusia yaitu : tubuh (PQ), intelektual
(IQ), hati (EQ), dan jiwa (SQ). Sementara cloud (2007) mengatakan bahwa kunci
pembangunan karakter adalah integritas. Pemahaman atas integritas tidak sekedar
berarti jujur atau mempunyai prinsip moral, tetapi terkandan juga pengertian : utuh dan tidak
terbagi, menyatu, berkonsentrasi kukuh, serta mempunyai konsistensi.
II.7.4 Karakter Dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual
Belum banyak ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mampu mengkaji ranah spritual melalui pendekatan rasional /
ilmiah. Ilmu psikologi mencoba memasuki ranah kejiwaan, namun dalam
perkembanganya ilmu ini justru membatasi kajianya hanya pada lapisan pikiran
(mental/emotional) dan tidak ada upaya untuk masuk lebih dalam ke ranah roh
(kesadaran spritual/transdental). Sementara ajaran agama yang seharusnya dapat
di jadikan panduan dan pengembangan /olahan batin, dalam perjalananya sering
kali pengajaranya lebih bersifat indoktrinasi, sekedar menjalankan praktik
berbagai ritul, serta kurang mengedepankan pendekatan melalui proses nalar,
pengalaman, dan pengalaman langsung melalui refleksi diri. Akibatnya, ajaran agama yang mulia
itu tiidak mampu memberikan pencerahan kepada umatnya.
II.7.5 Pikiran, Meditiasi, Dan Gelombang Otak
Olah pikir (brainware management)
adalah suatu konsep dan keterampilan untuk mengatur gelombang otak manusia yang
paling sesuai dengan aktifitasnya sehingga mencapai hasil optimal (Sentanu,
2007) . gelombang otak dapat di golongkan ke dalam empat golongaan sebagai
berikut
Nama
|
Ciri-ciri
|
Beta (14-100 Hz)
|
Kognitif, analisis,
logika, otak kiri, konsentrasi, prasangka, pikiran sadar aktif, cemas,
was-was, khawatir dll
|
Alpha (8-13,9 Hz)
|
Khusyuk, relaksasi,
moditatif, focus-alaretness, akses
naluri bawah sadar, ikhlas nyaman, tenang, dll
|
Theta (4-7,9 Hz)
|
Sanagant khusyuk, deep mediation , mimpi, intuisi,
nurani bawah sadar, ikhlas, kreatif dll
|
Delta (0,1-3,9 Hz)
|
Tidur lelap, nurani
bawah sadar kolektif, tidak ada pikiran dan perasaan, celluler regneratiaon,
hgh.
|
Ketika
pikiran berada dalam keadaan sadar berarti pikiran sedang berada dalam
gelombang beta. Dalam gelombang ini pikiran sangat aktif sehingga akan memaksa
otak untuk mengeluarkan hormon kortisol dan norepinephirin yang
menyebabkan timbulnya rasa cemas, khawatir, gelisah dan sejenisnya. Oleh karena
itu, pikiran harus selalu di latih untuk memasuki gelombang alpha Untuk
membangun karakter positif, seperti tenang, sabar, nyaman, ikhlas, bahagia dan
sejenisnya.
II.8 Model Pembangunan Manusia Utuh
Berdasarkan konsep yang telah di
jelaskan sebelumnya dapat dibuat dua model tentang hakikat keberadaan manusia.
Menjelaskan suatu model hakikat manusia yang di
landasi dengan paradigma tidak utuh (paradigma materialisme) sehingga
menimbulkan berbagai permasalahan yang memunculkan ketidakbahagian. Pada model
ini manusia tujuan manusia hanya mengejar kekayaan, kesenangan, dan kekuasaan
duniawi. Kecerdasaan yang dikembangkan hanya IQ dan kesehatan fisik sehingga
praktis kurang atau bahkan lupa mengembangkan EQ dan SQ.
Model yang di kembangkan untuk
kembali pada paradigma tentang manusia secara seutuhnya. Karakter positif hanya
dapat di kembangkan melalui pengembangan hakikat manusia secara utuh. Dalam
pengembangan manusia secara utuh perlu di kembangkan juga secara seimbang
kecerdasan emosional dan spritual di samping kecerdasaan intelektual dan
kesehatan fisik.Untuk mengatasi hal ini, perlu dikembangkan oaradigma hakikat manusia seutuhnya dengan mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis dalam arti luas, yaitu dengan memadukan dan menyeimbangkan kualitas kesehatan fisik, pengetahuan intelektual (psiko etika), kematangan emosional dan kerukunan social (sosio etika), dan kesadaran spiritual (teo etika). Meditasi, zikir, retret, dan sejenisnya terbukti dapat melengkapi praktik keagamaan guna meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual. Meditasi/zikir melatih pikiran memasuki gelombang alpha.Transformasi karakter akan terjadi bila pikiran memasuki gelombang yang sama dengan energy tak terbatas. Pelatihan dan praktik meditasi,zikir dan retret akan mengembangkan lapisan emosional dan spiritual serta melengkapi pengembangan melalui iptek dan kesehatan fisik yang diperoleh melalui olah raga dan makanan sehat.
BAB III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Filsafat adalah hasil pemikiran manusia
yang menempati posisi sebagai induk pengetahuan. Filsafat juga diartikan
mencari sebuah kebenaran, karakteristik utama berfikir filsafat adalah sifatnya
yang menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif. Sifatnya menyeluruh artinya
mempertanyakan hahekat keberadaan, dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri
sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan persektif dari bidang perbidang
atau sepotong-sepotong.
Sifatnya yang mendasar berarti bahwa
filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu benar. Sifatnya yang
spekulatif karena filsafat selalu ingin mencari jawab bukan bukan saja pada
suatu hal yang sudah diketahui, tetapi segalah sesuatu belum diketahui.
Agama adalah satu bentuk ketetapan
ilahi yang mengarahkan mereka yang berakal dengan pilihan mereka sendiri
terhadap ketetapan ilahi itu tersebut kepada kebaikan hidup didunia dan
kabahagian hidup di akhirat.
Etika sama dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos
( bentuk tunggal ), ataumores ( bentuk jamak ) yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhalk, cara hidup. Hukum, etika dan etiket merupakan
istilah yang sangat berdekatan dan mempunyai atri yang hampir sama
walaupun terdapat juga perbedaaan.
III.2 Saran
Dengan kita mempelajari filsafat, agama,
etika, dan hukum, semoga kita menjadi orang yang kritis, berpikir yang benar
dalam berbagai hal, dan semoga kita menjadi manusian yang bermoral dan berahlak
mulia untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada tuhan yang maha Esa
dan semoga kita dapat mencapai hakikat kehidupan yang sesungguhnya yaitu
surga. Kritik dan saran
pembaca akan membuat penulis akan lebih baik untuk evaluasi dan pengembagan
kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Heizer, Jay & Rander, Barry. 2005. Etika
bisnis dan profesi Edisi ke 7. Jakarta. Salembat Embat. Diposkan oleh ida di 22.14
Tags:
ETIKA PROFESI
0 komentar